Halaman

Selasa, 11 Oktober 2016

Pengantin Kecilku



Judul      : Pengantin Kecilku

Penulis      : Maria A. Sardjono

Penerbit   : PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan keempat : November 2014

328 hlm

Nunik datang kembali ke kota kecil tempat ia dibesarkan dengan harapan akan dapat melupakan kepahitan yang dialaminya di Jakarta. Di kota itu pulalah ia berharap orang akan dapat memaklumi dan menerima perceraiannya dengan Hardiman yang mengkhianatinya. Dan di kota itu juga ia berharap dimengerti oleh Wawan, teman mainnya, bahkan pelindung dan pengawalnya dulu semasa ia masih kecil.

Baginya, Wawan adalah satu-satunya orang yang teramat dekat dengannya. Demikian juga sebaliknya. Maka tak heran apabila pertemun itu menghangatkan hati keduanya dan menguntai kembali kenangan manis masa kecil mereka dulu.

Tapi keduanya baru tersadar kemudian, bahwa ternyata hubungan mereka yang semula berasal dari persahabatan telah berubah menjadi cinta dewasa yang matang. Sayang, keadaan tak memungkinkan adanya pertautan di antara kedua hati itu. Wawan sudah bertunangan dengan Astri, dan Hardiman, suami Nunik, datang untuk menyatakan keinginannya rujuk kembali. Sementara itu seorang bujangan ganteng yang sedang mencari istri muncul pula di antara mereka dan jatuh hati pada Nunik.





Membaca novel Maria A. Sardjono ini seakan membawa saya kembali ke jaman dulu. Novel lama jadi berkesan jadul. Saya pernah membaca novel ini dulu jaman SMA, tapi sudah agak lupa ceritanya. Pas nemu via Ijak, jadilah dibaca ulang. 

Mengisahkan tentang Nunik yang ingin memulihkan sakit hatinya sehingga dia kembali pulang kampung ke tempat tinggal Eyangnya. Dulu dia dibesarkan di situ hingga akhirnya mengikuti orangtuanya tinggal di Jakarta, kuliah, bekerja dan bahkan membangun rumah tangga di ibukota. Sayangnya nasib Nunik hampir sama dengan ibunya. Suaminya selingkuh dan bahkan punya anak dengan selingkuhannya itu, sehingga dia berniat memadu Nunik. Tapi Nunik tak seperti ibunya yang rela dimadu. Dengan tegas dia menolak permintaan suaminya dan bahkan meminta cerai. Perpisahan dengan suaminya inilah yang membawa dia pulang kembali.

Di kota eyangnya, dia bertemu lagi dengan Wawan teman masa kecilnya dulu. Wawan yang dulu selalu jadi pengawalnya, menjaga dan menolong Nunik setiap mengalami kesulitan atau bahkan sampai mematuhi semua keinginan Nunik. Sekarang dia sudah berubah menjadi pria dewasa meski belum menikah. Kedekatan masa lalu kembali terulang. Sayangnya kondisi Wawan yang sudah memiliki pacar merupakan boomerang bagi mereka berdua untuk berdekatan. Mereka sendiri tak menyadari bahwa kedekatan mereka selama ini ternyata telah berubah menjadi benih-benih cinta. Meskipun Nunik belum menceritakan perihal perceraiannya namun Wawan kerap tak mampu menahan diri bila berdekatan dengan Nunik. Sikap merasa sebagai penjaga Nunik yang tertanam sejak dulu masih tersirat dalam setiap tingkah lakunya terhadap Nunik. Dia tak menyadari bahwa Nunik bukanlah gadis kecil lagi yang mesti senantiasa dia jaga dan lindungi. Yang sebenarnya adalah dia menginginkan Nunik untuk menjadi pengantinnya seperti dalam lakon permainan masa kecil mereka dulu.

Membaca novel ini seperti saya bilang di atas memang terasa agak bernostalgia. Dengan bahasa yang terkesan jadul, namun dengan konflik yang cukup kuat.Ketidaksadaran akan cinta yang terjalin dan bagaimana berjuang untuk menyelesaikan permasalahan tanpa ada pihak yang tersakiti. Di sini Astri menjadi penghalang yang pas untuk mereka berdua. Sayangnya peran Astri terasa agak kurang. Kecemburuannya hanya dimunculkan dalam bentuk mengirimi surat pada mantan suami Nunik. Seharusnya sebagai gadis yang lumayan kaya dan lebih muda dari Nunik pasti dia bisa lebih banyak berakal dalam menghadapi Nunik. Selain itu juga peran kedua Eyang Nunik juga jarang dimunculkan. Yang ada malah Mbok Surti, yang terkesan bijak dalam menghadapi permasalahan mereka berdua. Dan lalu ada Budi yang muncul sambil lalu saja sebagai pemanis. 

Tapi itulah, novel manis jaman dulu tak bisa disandingkan dengan novel metropop jaman sekarang. Membaca novel dulu terasa lebih mendayu-dayu dengan kalimat indah. Beberapa kata-kata ataupun hal yang mungkin sudah jarang kita temukan di saat sekarang ini seperti termos, pedati, priyayi, jejaka,berkirim surat lewat pos, dan beberapa hal lainnya tentu agak asing bila ditemukan dalam novel sebangsa metropop atau amore. Ada perasaan lain begitu menyelesaikan membacanya. Kisah yang manis dan ditutup dengan apik.

2 komentar:

  1. Udah lama juga enggak aktif ya, meninggalkan jejak dulu deh aku... hehehe

    BalasHapus