Halaman

Senin, 12 September 2016

The Revenant





Judul                     : The Revenant
Penulis                 : Michael Punke
Penerjemah       : Reni Indardini & Putro Nugroho
Penerbit              : Noura Books
Cetakan ke-1, Maret 2016
385 hlm

1823, Sungai Grand – Perbatasan antara Dakota Utara dan Selatan
Hugh Glass, penjelajah berpengalaman dan ahli melacak jejak, tak menyangka masih bisa hidup. Ketika berhadapan dengan beruang grizzly, dia terluka sangat parah. Semua orang di rombongannya menyangka hidup Glass tak akan bertahan lama.
Dua orang rekan seperjalanannya diperintahkan merawat dan menunggui Glass yang sedang sekarat. Alih-alih membantu, mereka justru kabur dengan membawa semua peralatan bertahan hidup milik Glass. Pengkhianatan itu membuat Glass bersikeras bertahan hidup demi satu tujuan : membalas dendam.
Dengan tekad kuat, Glass merangkak sejauh ratusan mil di perbatasan dataran Amerika, mengejar incarannya.
Inilah kisah mendebarkan mengenai pengkhianatan, keserakahan, juga perjuangan hidup dan mati  – perjalanan luar biasa dari seorang penjelajah di dataran Amerika pada abad ke – 19.


Hugh Glass adalah salah seorang legenda Amerika dengan kisahnya yang menakjubkan. Bagaimana dia bisa bertahan hidup setelah mengalami serangan seekor beruang ternyata menjadi cerita yang sangat menarik bahkan disebut-sebut sebagai salah satu dari kisah terhebat dari beberapa kisah bertahan hidup sepanjang masa.
Saya sendiri belum menyaksikan film The Revenant yang tayang 2015 lalu dan diperankan oleh si tampan abang Leo DiCaprio, namun dengan membaca buku ini saya jadi merasa ikut bertualang bersama Glass. Apalagi di halaman awal sudah disajikan peta latar belakang tempat kejadian bagaimana gambaran jalur yang dilalui Glass maupun Kapten Henry. Meski untuk hal ini saya kurang setuju. Saya biasanya membaca mulai dari awal tanpa nyontek-nyontek ke belakang. Jadi peta ini membuat saya terus-menerus bolak-balik ke depan karena penasaran dengan setiap wilayah yang dilalui. Lain halnya bila peta ada di belakang. Tentu saya tak lagi mengintip terus-terusan ke depan karena saya sudah selesai membaca seluruh kisah hingga tinggal memadankan dengan peta yang ada di belakang. Ah sudahlah, mari kita kembali ke Glass dan kawan-kawannya. 

Alkisah seorang pemilik perusahaan Rocky Mountain Fur Company, Monsieur William H. Ashley begitu gusar akibat adanya penundaan dalam bisnisnya. Hal ini diakibatkan karena serangan dari suku Arikara terhadap para pekerjanya.Akhirnya dia membuat keputusan baru dengan menugaskan Kapten Henry dan anak buahnya menyusuri sungai Grand alih-alih sungai Missouri yang praktis sudah tertutup akibat serangan suku Arikara tersebut. Perusahaan ini sendiri bergerak dalam usaha perdagangan bulu yang pada masa itu merupakan bisnis besar dengan mempekerjakan ratusan orang untuk berburu bulu. Sebelum itu bahkan sebuah iklan dalm Koran Missouri Republican telah mengundang para pemuda untuk ikut bergabung. 


Untuk para pemuda yang penuh semangat. Pemasang iklan ingin mengajak seratus pemuda untuk menyusuri Sungai Missouri hingga ke sumbernya, untuk dipekerjakan selama satu, dua, atau tiga tahun. Untuk mendaftar, dapat menghubungi Kapten Henry di dekat tambang timah di Washington, yang akan ikut serta dan memimpin langsung ekspedisi ini.


Pada misi dengan Kapren Henry inilah Glass mengalami kemalangannya. Bertemu dengan beruang betina yang menyerangnya membabi buta meski dia sendiri sudah sempat melepaskan tembakan pada sang beruang. Dalam kondisi yang hampir mati, rekan-rekan Glass terpaksa meninggalkannya di bawah penjagaan dua orang, Bridger bocah 19 tahun dan Fitzgerald. Namun Fitzgerald yang memang bermental penjahat dengan tega memaksa Bridger untuk meninggalkan Glass setelah sebelumnya melucuti semua milik Glass, senjata Anstadt serta belati kesayangannya.

Mereka meninggalkannya. Pria yang terluka itu menyadarinya saat menatap si bocah lelaki, yang kemudian menunduk dan berpaling, tidak berani membalas tatapannya. (hlm.1)

Terluka oleh pengkhianatan teman-temannya itu, Glass berjuang untuk tetap hidup, merangkak, menyusuri pinggiran sungai, memakan apa saja yang bisa di makan untuk bertahan hidup dengan luka di sekujur badan bahkan punggungnya ternyata sudah di makan belatung tanpa disadarinya.
Singkat cerita, yang tentunya endingnya bisa ditebak dengan mudah, Glass berhasil bertahan hidup, bertemu dengan kedua orang yang meninggalkannya. Berusaha menuntaskan dendam yang berkobar dihatinya, momen yang sudah begitu dinantikannya.
Secara keseluruhan buku ini cukup menarik. Kisah petualangan Glass dirunut sehingga menarik untuk diikuti. Sayangnya covernya sendiri agak kurang menarik, Cuma menampilkan kesan buram yang mungkin disengaja agar seburam kisah Glass. Selain itu saya sempat menemukan sedikit kesalahan penerjemahan yang terasa agak mengganggu karena nama Pig yang senantiasa disebut Pig, namun sempat terselip diterjemahkan “you know what-lah..” gak enak bilangnya hehehe…

Juga ada kisah Glass yang tertulis menelepon kekasihnya Elisabeth. Padahal kisah ini berlatar tahun 1823, sementara telepon baru ditemukan Antonio Meucci tahun 1849, atau bahkan Alexander Graham Bell di tahun 1876.

Selain itu banyaknya tokoh yang muncul sempat membuat agak bingung,, untunglah Glass mendapat porsi yang cukup jadi bisa ditangkap sepenuhnya bahwa ini adalah kisah tentang pembalasan dendam seperti judulnya.




Cat. : Review ini untuk mengukuti Project Battle Challenge #31HariBerbagiBacaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar