Halaman

Kamis, 15 September 2016

Daddy Long - Legs



Judul : Daddy Long Legs

Penulis : Jean Webster

Penerjemah : Ferry Halim

Penerbit Atria

Cetakan I, November 2009

235 hlm



Jerusha Abbott (dia lebih suka dipanggil Judy) sudah mencapai usia kedaluwarsa di Panti Asuhan John Grier. Artinya dia tidak boleh tinggal di sana lagi. Untunglah salah seorang Dewan Pengawas Panti Asuhan John Grier menawarkan kesempatan untuk mengirim Judy Abbott ke perguruan tinggi.

Satu-satunya syarat yang diminta adalah gadis itu harus menulis surat pada dewan pengawas tersebut setiap bulan. Si Tuan Budiman yang tidak mau diketahui jati dirinya itu Cuma sempat dilihatnya dari jarak jauh, dan dia memiliki tungkai kaki panjang _miriplaba-laba_ sehingga Judy menyebutnya “Daddy Long-Legs”.

Hidup Judy di Perguruan Tinggi diramaikan oleh teman-teman, pelajaran, pesta, dan persahabatan dengan si ganteng Jervis Pendleton yang kian bertumbuh. Dengan adanya begitu banyak hal yang terjadi dalam hidupnya, Judy hamper tidak bisa berhenti menulis!






Membaca buku ini mengingatkan saya akan komik Paman Kaki Panjang yang peernah saya baca waktu kecil dulu. Kalau tidak salah waktu itu saya masih SD, tapi saya masih ingat betul cerita Judy dan Paman Kaki Panjang ini. Eh, atau saya salah ya? Jangan-jangan yang saya maksud malah film kartunnya? Tapi ya sudahlah… maklum sudah emak-emak, ingatan kadang sudah ribet. Pokoknya itu, saya masih ingat cerita ini sampai kemudian menemukan buku ini di deretan sale sebuah online shop. Tentu saja saya langsung berminat dan segera memasukkan dalam daftar timbunan. Hehehe…

Saya suka sekali dengan cara Judy menulis suratnya. Dengan gayanya yang khas dan penuh kejujuran, bahkan bisa dibilang terlalu blak-blakan, dia menceritakan semua pengalaman belajar serta bersosialisasinya di perguruan tinggi pada Daddy Long Legs-nya. Judy yang awalnya merasa minder karena tak mengira bahwa dia bakalan bisa menginjakkan kaki di perguruan tinggi harus belajar untuk beradaptasi dengan teman-teman barunya. Jika awalnya hidupnya hanya berputar sekitar mengurusi sembilan puluh anak yatim, menggosok lantai dan perabotan memastikan tak ada yang bernoda ataupun menjahit pakaian anak-anak yang robek, kini di perguruan tinggi, dia hanya duduk manis belajar dengan giat, dan bersosialisasi dengan teman-teman barunya yang kaya.

Meski kisah Judy hanya kita ikuti lewat tulisan dalam surat-suratnya kepada Daddy Long Legs (D.D. L.), namun karena dia menceritakan semua pengalamannya, kita juga jadi bisa mengikuti kisah Judy. Sang D. D. L. sendiri tak pernah sekalipun membalas suratnya, hanya kadang-kadang ada terkirim sebuah perintah lewat sekretaris pribadinya. Hal ini pula yang kadang membuat Judy jengkel sehingga surat-suratnya selalu berubah-ubah. Jika sedang senang, dia akna menulis panjang lebar menceritakan semua pengalamannya. Tapi jika sedang kesal, maka akan ditulisnya surat dengan sembrono. Untunglah dia cepat sadar, dan kemudian segera menulis surat lagi untuk meminta maaf.

Saya pribadi terkadang senyum-senyum sendiri membaca surat Judy yang apa adanya itu. Juga kadang pula ikut sedih membayangkan Judy yang harus bekerja keras di Panti Asuhan dan bahkan tak punya banyak gaun yang layak. Saya pun bisa ikut merasakan kekesalan Judy pada si D.D.L. Siapa sih yang tak kesal jika kita harus terus-menerus menulis surat pada orang yang di kenal. Tapi lama-kelamaan Judy belajar memahami sang Daddy. Jika saya saja bisa tertawa membaca surat Judy, maka saya yakin si Daddy juga pasti merasakan hal yang sama. Hal itu terbukti dengan beberapa kejutan-kejutan menarik dari D. D. L. Oh ya, bahkan sang Daddy kadang-kadang cemburu pula pada Judy.

Satu hal lain yang membuat buku ini menarik adalah dengan adanya gambar-gambar lucu yang disertakan Judy dalam setiap suratnya. Saya selalu memunggu saat-saat kemunculan gambar ilustrasi dari Judy. Tampak lucu namun berkarakter.



Jean Webster memang sangat pandai meramu cerita ini sehingga membuat pembaca dengan mudah mengikuti kisah ini. Meski dengan cara sederhana dan cerita yang ringan, tapi bisa dibilang ini karya yang luar biasa. Karena lewat buku ini Jean Webster menjadi terkenal. Buku ini jadi termasuk salah satu kisah klasik sepanjang masa.


Oh ya, saya sempat meng-goggling tadi, dan kemudian akhirnya ingat. Tak salah kalau saya bilang tadi sempat membaca versi komik maupun merasa pernah nonton film kartunnya. Ternyata mirip di kisah dalam komik Topeng Kaca, dan lalu juga di film kartun Candy-Candy yang saya ingat tayang di hari Minggu (seangkatan saya pasti tahu… dan jika ada yang tak tahu berarti kita tak seangkatan, dan itu artinya usia saya sudah… ‘taulah sendiri’…) Eh, Candy-candy juga ada komiknya lho.

Intinya dari buku ini kita bisa belajar tentang seorang anak yang berupaya keras demi mencapai mimpinya. Mimpi yang sebelumnya tak pernah dia bayangkan akan terpenuhi. Tapi dengan ketekunan dan kerja keras serta sedikit keberuntungan dari sang D. D. L, dia berusaha mewujudkan semua itu. Juga penting untuk senantiasa berlaku jujur dalam menghadapi hidup ini.


Note : Review ini disertakan dalam Project Battle Challenge #31HariBerbagiBaccan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar